Minggu, 17 November 2013

Aturan, KEKANGAN, dan Proses Kedewasaan

Waktu sudah menunjukan pukul 11 malam *ketika aku mulai nulis*. Masih belum bisa tidur karena masih ada tugas dan besok ulangan bahasa Jepang *tapi ngepost dulu. hihi*. Masih kebayang gimana kejadian tadi sore yang sebenernya bikin aku kesel. Ini tentang bagaimana arti dari aturan, kekangan, dan proses kedewasaan.

Sore tadi, aku bikin mamah kecewa lagi karena pulang terlalu sore. Anak mana yang gak akan marah kalau dijalan udah kena semprot lewat sms yang isinya cukup bikin aku shock dan gak fokus ngendarain motor. Hmm, gini awal percakapannya.

Mamah : "Teteh dimana?"
Aku : "Disekolah mah, shalat ashar dulu."
Mamah : "Tapi kata sekolah gak ada ekskul sampe sesore ini, sebenernya teteh dimana?"

Pertanyaan terakhir yang bikin aku kepikiran. Demi apapun sedih banget bacanya. Itu sama aja mamah kasih tahu aku kalau mamah udah berkurang rasa kepercayaannya ke aku. Jujur aja mau nangis pas baca itu.

Mungkin beberapa orang bilang itu sepele. Tapi, buat aku setiap kata memiliki makna yang berbeda. Setiap kalimat yang terbentuk dari beberapa kata yang memiliki arti berbeda itu pun memiliki akhiran makna berbeda. Apa yang ku lihat, ku dengar dan ku baca aku langsung serap pakai otak 25% dan 75% pakai hati. Mungkin itu juga yang bikin aku lebih cengeng dan perasaan yang gak pernah menunjukan ke stabilan. Gampang sedih, gampang nangis, gampang marah, tapi gak gampang untuk seneng.

Gak dipercaya oleh atasan itu bisa diperbaiki lebih cepat dari pada sama MAMA. Mama jelas-jelas mengandung kita kurang lebih sembilan bulan. Disayang dan dijaga. Terus gimana bisa aku diem aja kalau orang yang paling berarti di hidupku gak percaya lagi sama aku?

Setelah kejadian itu, mamah bikin aturan untuk semuanya jangan ada yang pulang diatas jam lima sore. Ya itu aturan, atau KEKANGAN? Atau balas dendam mamah karena waktu dulu gak pernah sekalipun bisa telat pulang?? Sore tadi bahkan sampai maghrib aku masih mikir itu adalah kekangan. Sekarang umurku 16 tahun 5 bulan 3 hari di dunia ini. Tapi aku masih di perlakukan seperti anak umur 5 tahun? Sedih kalau lihat betapa bebasnya anak diluaran sana yang bisa kesana kemari tanpa takut dimarahin dan ngecewain mamahnya.

Jadi sebenernya berapa umurku dimata mamah? 5 tahun? Jadi aku cuma beda 2 tahun nih sama Bintan? Ya Allah, sedih banget kalau inget betapa terasa mengekangnya keadaan seperti ini. Umur dan aturan tidak setara. Mau banget bebas seperti kebanyakan orang diluaran sana. Terus sebenernya aku tuh udah bisa dibilang menuju dewasa atau remaja yang sebenarnya gak sih?

Tapi setelah merenung 100% pakai hati + baca sms mama yang tulisannya :

"Renungkan yang baik, semua atas dasar niat dan tujuan yang baik, belajar membuka diri untuk diarahkan dan dibimbing, serta dididik ke jalan yg seharusnya".

Aku berfikir lebih tenang malam ini. Fikirku, mamah begini bukan untuk membuat peraturan sesuka mamah atau rasa balas dendam mamah. Tapi buat kebaikan aku ke depannya. Mamamh cuma mau aku menjadi baik bukan hanya dimata masyarakat, utamanya tetap dimata Allah. Mamah mau aku bisa menjadi perempuan yang baik dunia akhirat.

Dan pelajaran baik yang ku lakukan hari ini adalah "Proses kedewasaan bukanlah seberapa malam dan bebasnya kamu bisa sampai rumah, tapi proses kedewasaan adalah seberapa cerdas kamu mengatur waktu agar pulang sesuai dengan waktu yang paling baik, dan seberapa kritisnya kamu menilai arti dari kebebasan".

Aku yakin, setiap kejadian pasti punya makna dan amanah yang seharusnya kita yang menggali sendiri dengan hati 100% murni. Hati yang didalamnya bersautan memanggil dan memohon kepada Allah SWT.

Mamah, terima kasih untuk sore ini. Maaf karena sifat egois Noval. Noval semakin sayang dan cinta sama mamah. Sekalipun setelah Noval jadi kenangan nanti. Noval akan kasih mamah yang terbaik dan di ridhoi Allah SWT :"

By : Noval Firyallian Pristi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar