Jumat, 23 Oktober 2015

About True Friend - Salah Satu Diantaranya



Kamis, 23 Oktober 2015 (18 tahun 4 bulan 1 minggu 2 hari)

Malam ini, tiba-tiba terpikir sesuatu yang mendalam. Suatu hal yang tak pernah ku pikirkan sampai seserius ini. bukan berarti tidak pernah memikirkannya, jelas pernah bahkan hampir sering tapi tak sedalam ini.

Ini bukan soal perasaanku pada seseorang, bukan soal keluarga juga, tapi ini soal persahabatanku dengan seseorang. Sahabatku cukup banyak, tapi yang memiliki intensitas terbanyak dalam komunikasi yang seseorang ini.

Nisrina Fadhilah, aku biasa panggil dia Anis. Aku kenal dengan dia saat aku SMP. Bagaimana pertemuan pertamaku dengannya? Tidak, aku tidak akan menceritakan masa SMP ku yang tujuh per delapannya kelam. Ini hanya tentang Nisrina Fadhilah.

Mengapa kami masih bersahabat sampai kami dibangku kuliah? Aku pun tidak tahu. Bahkan aku merasa kami ini memiliki kesamaan yang sedikit. Satu sekolah saat SMP, satu kelas selama dua tahun, suka korea, dan? Dan sepertinya tidak ada lagi. Kami bahkan memiliki kesamaan yang sama dengan teman satu kelas kami.

Anis mengajarkanku perpaduan perbedaan yang sangat indah. Ya, ia benar-benar menyadarkanku bagaimana menerima perbedaan. Tadi, aku bilang kalau kita memiliki persamaan yang sangat sedikit. Namun bukan berarti kami tidak cocok. Tidak sama, bukan berarti tidak cocok. Karena yang sama pun ada saja ketidakcocokannya.

Anis itu sangat ramah. Dia baik kepada semua orang. Seberapa banyak pun orang yang menyakiti dia, dia akan tetap baik. Dan kalian tahu? Bagiku, itu adalah kebodohan Anis, tapi hati baiknya tidak mengatakan begitu. Dari cara berpikir kami pun sudah sangat berbeda. Jika Anis akan tetap baik meskipun orang-orang berlaku menyebalkan terhadapnya, tapi itu hampir tidak berlaku bagiku.

Anis, dia itu perempuan yang senang menyembunyikan perasaannya. Berbeda denganku yang selalu mengumbar sekitar lima per delapan perasaanku. Blog dan lain hal sebagainya menjadi tempat curhatku. Sedangkan Anis? Dia hanya memilih bungkam dan tidak menceritakan semuanya. Ya, jika kalian lihat.... aku bukanlah sahabat yang baik untuknya. Aku egois, dan setelah bertahun-tahun aku baru menyadari banyak hal yang tidak aku ketahui darinya. Mengapa? Karena aku hanya mementingkan kehidupanku sendiri.

Ya, Nisrina Fadhilah. Dia menjadi hatiku yang kedua. Menjadi otakku yang kedua. Memoriku yang kedua. Dia tahu hampir segala hal, dan aku sadar bahwa aku hampir tak pernah memberinya kesempatan untuk menjadikan diriku sebagai hati, otak dan memorinya yang kedua.

Aku bukan sahabat yang baik, but she always with me till now . Aku gak tahu kapan dia bosan bersamaku, mendengar curhatan bodohku, dan menjadi sahabat baikku. Anis, Anis, dan Anis, aku hampir bergantung dengannya. Dia peduli padaku, tapi aku? Sahabat yang bodoh!

Aku hanya ingin menyampaikan perasaan mendalamku ini. Ini soal persahabatan, tapi ya hari gini kalau ada yang terlalu baper ke sesama jenis dibilang ga normal alias homoseksual(?) whatever you think, yang jelas perasaan ini sungguhan.

Nisrina Fadhilah, maaf aku baru menyadari ini. Aku lebih sering tidak mendengarkanmu ketika kau begitu setia mendengarkanku. Aku tak ingin siapapun melukaimu. Jika ada satu orang yang melukaimu, andaikan aku memiliki banyak tangan, aku akan membalasanya dengan ratusan luka pada orang itu. Karena aku hanya memiliki dua tangan, maka aku akan mendoakan orang itu agar tidak lagi menyakitimu.

Jika Allah mengizinkan, aku mau jadi sahabat kamu terus Nis. Dari SMP, sampe nenek-nenek. Kita terus sahabatan. Mengenalkan keturunan kita sebagai saudara. Sekali lagi, aku minta maaf Nis. Karena aku lebih mementingkan segala aspek di hidup aku selain jadi pendengar yang baik buat kamu. Anis! Kalau kamu baca, setelah ini, jadilah jiwa yang lebih ramai. Ceritakan keseharianmu. Karena aku akan menunggu setiap kisahmu!

Aku tidak ingin memanggilmu “Bestfriend”, karena kamu manusia pasti berbuat salah. Aku lebih senang memanggilmu dengan sebuatan “True Friend”, itu lebih terlihat masuk akal.

Baca ini mendalam, bayangkan setiap persahabatan yang telah dibangun. Buang pikiran berlebihan tentang homoseksual, psikopat dan lain hal yang menyeramkan. Ini hanya tentang kodrat manusia yang mengutarakan perasaan bersalah kepada sahabatnya.

Dari sahabat yang berusaha untuk baik padamu, Noval Firyallian Pristi.

Kamis, 02 Juli 2015

Menangis

Kamis, 02 Juli 2015

Halo blog. Aku senang masih sempat menulis dan kembali merangkai kata disini meskipun sebenarnya banyak hal yang tak bisa ku ceritakan disini.

Sekitar dua minggu yang lalu, usiaku tepat 18 tahun. Bukan usia muda lagi untuk merengek apalagi hanya menyusun mimpi tanpa mewujudkannya. Aku yang sekarang, lebih siap untuk menghadapi masalah yang kuhadapi beberapa tahun silam. Dan masih sangat terkejut untuk menghadapi masalah yang kuhadapi saat ini. Ya, kesiapan ku akan menghadapi masalah sangatlah buruk karena aku baru siap setelah masalah itu selesai. Dan sekarang? Aku hanya bisa berkata,
“Coba kalo aku ga begitu....
“Seandainya kemarin aku seperti ini.....”
“Aku salah langkah kan?”
Dan masih banyak pengandaian bodoh yang aku ucapin. Bodoh emang. Bodoh banget.

Hari ini aku di kejutkan dengan banyak kejadian. Kejadian yang orang dewasa lakukan. Ya, orang dengan usia DEWASA dengan kelakukan ANAK-ANAK. Kalau begini terus, sepertinya aku akan mati karena tertekan.

Jadi ingat beberapa waktu ketika usia ku belumlah belasan. Ketika aku tak bisa mencapai apa yang aku harapkan. Ketika aku jatuh untuk pertama kalinya. Ketika aku menangis untuk pertama kalinya. Ketika aku dihadapkan masalah untuk pertama kalinya. Ketika aku mendengar kabar buruk untuk pertama kalinya.

Yang paling membuat setengah jiwaku kembali ke masa kecilku ketika aku tak bisa mendapatkan apa yang aku inginkan. Tebak apa yang aku inginkan saat itu? Gadget? Bukan. Aku anak 90-an yang lebih senang main congklak ketimbang pegang gadget yang saat itu masih berat seperti ‘bagelan’. Aku ingin barbie. Iya, aku pernah bermain barbie. Haha, dan kala itu papa dan mama tidak memberikannya. Aku kesal bukan main. Emosiku bergejolak bukan main. Seketika aku bicara,
“Aku benci papa mama!”
“Mereka tak sayang aku!”
“Mereka pilih kasih!”
“Aku ga sayang mereka!”

Hanya karena barbie aku bicara seperti itu. Ya, maklum kalau bukan dengan barbie aku bermain dengan apa? Mereka sibuk, adek-kakak ku laki-laki. Apa iya aku harus selalu ikut main bola? Hahahha.

Kemudian, aku menangis. Menangis sejadi-jadinya. Aku gamau bicara sama mereka. Aku gamau menanggapi mereka berbicara. Sampai akhirnya aku mendapatkan apa yang aku inginkan.

Menangis, senjata paling ampuh untuk merubah keadaan seakan lebih baik. Seakan tak ada yang terjadi. Seakan semua baik-baik saja. Seakan-akan............ dunia akan kembali berpihak kepada yang menangis.

Tapi, itu dulu. Sebelum aku sadar bahwa tidak semua yang ditangisi akan berubah atau kembali. Sebagai contoh, jika aku ingin mainan baru dulu.... ketika aku menangis masalah seakan selesai dan aku mendapat apa yang aku inginkan. Lebih ke depan lagi, aku menangis karena nilai ujianku kecil sehingga aku gabisa masuk SMP 4 Tangsel, aku tetep aja jadi murid MTsN 2 kan? Meskipun bisa aja pake jalan ‘titipan’, mama ga mau ngelakuin itu. Kita lebih mundur kebelakang, ketika ibu meninggal.................................................. aku menangis sejadi-jadinya. Sambil terus berkata,
“Ya Allah, jangan ibu. Aku aja yang meninggal.”
“Ya Allah, aku sayang ibu. Jangan ambil ibu.”
“Ya Allah, kurangi nyawa hamba untuk nyawa ibu.”
“Ya Allah, kurangi semua nyawa orang ga berguna. Dan berikan pada ibu.”
Ya, namanya anak kecil. Yang aku tahu nyawa itu bisa ditukar. Ternyata, semua tidak berhasil. Ibu tetep dimandikan, dikafani, dishalatkan, dan akhirnya kembali ke tempat pembentuknya, tanah.

Sekarang, untuk apa menangis lagi? Toh, ga akan merubah segalanya kan. Mereka yang sudah DEWASA itu pun tidak akan berubah dengan tangisanku. Bahkan hanya akan membuang segenap tenagaku.

Air mata, berfungsi untuk melindungi mata. Dan dipercaya memperbaiki suasana hati ketika berhasil menetes. Senjata paling ampuh untuk wanita dan anak kecil. Terkadang pria pun menggunakan senjata ini. Ketika air mata ini benar-benar berhasil turun, akan ada suara-suara ini dari manusia disekelilingnya,
“Ada apa? Ada masalah apa?”
“Jangan nangis, nanti cantiknya hilang.” Hello, menangis ataupun engga aku tetep ga cantik!!!
“Jangan cengeng gitu ah, masa gitu aja nangis.” Maaf ya, aku nangis bukan keinginanku. Turun gitu aja VROH! Dikata aku pemain ドラマ kali yaaa.
“Jangan nangis dong.”
“Yailah dia nangis.”
“Ih gitu aja nangis.”
Dll......

Setelah delapan belas tahun berlalu, akhirnya aku sadar bahwa nangis tidak akan merubah apapun. Sedikit pun. Secuil pun bagi orang yang beranjak dewasa. Dan hanya berdampak TENANG SEBENTAR dan masalah tetap ada dihadapan aku!

Ya, semacam ganja dengan dosis ringan. Cuma lebih sehat kalo ga berlebihan. Lebih halal. Dan tidak mengeluarkan biaya. Ya, karena ganja mahal..... sepertinya aku cuma bisa nangis untuk memberi ketenangan SESAAT.

Semoga kedepannya aku bisa lebih DEWASA lagi menghadapi SEMUA TINGKAH ORANG YANG TAK TERDUGA...

 ノバル ビリヤリアン ビルスチ。

たたかい!!!

Jumat, 22 Mei 2015

Perputaran

Perputaran (Jum’at, 22 Mei 2015)

Bumi, planet ke tiga di galaksinya. Terus berputar sampai Allah menghentikannya. Tidak berbeda nol koma sekian pun setiap waktunya. Perputaran tetap sama. Ya, selalu berputar. Sama halnya dengan hidup. Berputar sampai Allah ‘menghentikan’. Entah hanya menghentikan ‘perputaran’ atau ‘langkah’. Apapun bisa terjadi. Ya, bagaimana kehendak Allah.

Aku tak tahu apa yang sedang terjadi pada duniaku saat ini. Berada dimanakah aku? Atas? Bawah? Atau hanya pertengahan? Aku benar-benar tidak tahu. Beberapa detik lalu aku masih bisa tertawa. Beberapa menit lalu aku masih ceria. Beberapa jam lalu aku masih bahagia. Sepertinya, roda hidupku kembali berputar. Ya, agak dibawah sedikit. Mungkin di Tenggara. Ah, entahlah.

Aku tahu semua ini berputar. Aku pun tak bisa memungkiri jika aku tak bisa memilih diposisi manakah aku. Aku hanya bisa menjalani apa yang sedang terjadi. Ya, mungkin sedikit persiapan saja. Jika tiupan debu, setidaknya aku memiliki kaca mata agar mataku tidak perih. Jika hujan mendera lagi, setidaknya aku memiliki payung agar aku tidak terlalu kebasahan. Jika panas yang menyengat tubuhku..................................................hmm aku harus apa?

Aku tahu semua ini berputar. Yang aku miliki saat ini tidak selamanya jadi milikku. Pasti berputar. Aku tidak menyalahkan kehadiranmu sedikitpun, tidak. Mungkin kita digaris yang sama dan itulah yang membuat kita jadi berada diperasaan ini dalam waktu yang sedikit berbeda. Ya, aku dan dia berada diperasaan ini beberapa waktu lalu. Sampai kau hadir dan memiliki perasaan yang sama denganku. Aku tak tahu bagaimana dia menanggapimu. Aku dan kamu berada diposisi yang sama. Di garis yang sama. Dalam waktu yang bersamaan pula.

Aku tahu semua ini berputar. Aku tahu, perasaan adalah salah satu yang tidak bisa diganggu. Aku juga gak menyalahkanmu sedikitpun. Aku pun tidak bodoh. Aku tahu kau sakit sekali berada diposisi ini. Tapi apa kamu memikirkan perasaanku? Pernahkah kau berpikir jika berada diposisiku?

Aku tahu semua ini berputar. Dan perputaranmu saat ini sedang segaris dengan dia. Aku pun tidak tahu apakah dia mengarah padamu atau tetap mengarah padaku. Aku juga tak bisa menghalangi perasaanmu sedikitpun.

Aku tahu semua ini berputar. Baik, akan aku uraikan kesakitanmu. Sakit yang kamu rasakan karena kamu merasakan perasaan diwaktu yang sepertinya kurang tepat. Andai saja kau merasakan itu jauuuuh sebelum aku merasakan itu mungkin semua ini akan baik-baik saja. Dan sesalmu semakin bertambah ketika yang kudengar, sikap dia terhadapmu tidak begitu baik, benar? Dan sekarang apa kau akan terus menyalahkanku karena keadaan ini? Aku tegaskan padamu, tidak ada seorang pun baik perempuan maupun laki-laki yang ingin berada diposisi seperti ini! Lalu, mengapa kau menuliskan keluhanmu seakan kau saja yang tersakiti. Buka matamu! Aku pun merasakannya.

Aku tahu semua ini berputar. Baik, aku akan menguraikan kesakitanku. Aku tidak bisa menyimpulkan bahwa perasaanku lebih sakit daripada apa yang kau rasakan. Aku hanya bisa menguraikannya sedikit, lalu silahkan kau simpulkan sendiri. Aku, seorang perempuan yang sedang mempertahankan yang aku miliki saat ini. Tertawa, menangis karenanya bukan hal yang aneh lagi. Aku tahu, dia bukan miliku sepenuhnya. Namun, ibarat ekonomi, dia adalah sahamku. Saham masa depanku. Jadi, apa salah jika aku mempertahankan apa yang telah aku miliki saat ini? Apa salah jika aku mempertahankan apa yang sudah kurajur saat ini? Apa kau tahu bagaimana sulitnya aku mempertahankan semua ini? Dia pun kulihat melakukan hal yang sama.

Aku tahu semua ini berputar. Jadi, menurutmu siapa yang paling sakit di posisi sekarang ini? Aku yang sedang mempertahankan atau kau yang sedang memperjuangkan? Ya, silahkan berjuang. Tidak ada yang bisa melarang perjuanganmu. Dengan begitu kau justru sangat membantuku melihat apakah dia akan tetap bertahan denganku yang biasa ini atau memilihmu, yang luar biasa.

Semoga kau mengerti maksudku, maafkan aku.

Jumat, 08 Mei 2015

Tanpa AKSI

Jum’at, 8 Mei 2015

Hari ini adalah sehari sebelum pengumuman snpmtn. Entah kenapa kok aku makin pesimis ya. Hahaha, yasudahlah. Aku tahu akan banyak yang kecewa, papa dan mama tentunya. Aku mah apa atuh, kadang suka berharap kalau saat keracunan obat waktu kecil aku gak tertolong. Aku mungkin gabisa bahagiain orang tua aku, tapi untungnya aku juga ga akan ngecewain mereka TERUS. Aku akan abadi dalam nisan. Dan aku akan abadi dalam doa mereka. Alm. Noval Firyallian Pristi, gelar terindah yang pernah ada. Gak perlu sekolah tinggi-tinggi, gak perlu susah payah belajar kimia sampe muntah-muntah. Cukup mati saja. Ya, mati saja.

Apapun hasilnya, itu salah aku kok. Salah aku yang gak menghargai diriku sendiri. Yang gak belajar serius. Yang mengecewakan mama dan papa terus. Yang gak pernah memberikan kebahagiaan sedikitpun untuk papa sama mama. Aku gak bisa membanggakan mereka. Dan setiap hari begini. Menulis dan menulis. Galau dan galau. Menangis dan menangis. Bagaikan mayat hidup. Ya, mayat hidup.

Kalau bukan menulis, apalagi yang bisa aku lakuin? Aku gak bisa apa-apa.

Kenapa sih mimpi gue setinggi itu!! Val, ngaca dong! mimpi boleh, cuma ya ukur sama kemampuan kamu. Jangan cuma bisa menyalahkan orang lain. Val, kenapa kamu mau jadi psikolog sih? Mimpi macam apa yang aku teriakin sejak dulu!? Kenapa harus psikolog? Kamu itu gak karuan val. Kamu tuh kacau. Kamu gak bisa menjaga emosimu. Kamu pun gabisa bangun sendiri meskipun jatuh karena batu kecil. Terus kamu berkoar-koar mau jadi psikolog!? Plis deh, ubah dirimu dulu. Baru menguatkan orang lain. Perempuan sok tegar. Perempuan gatau diri. Gabisa mengukur diri. Banyak mau tanpa aksi. Itulah kamu val! Anak mama banyak, dan cuma lu yang gak memberikan kebahagiaan sedikitpun. Kasian kan mama. Kasian papa. Kasian semua orang yang kenal sama kamu. Kamu bisa apa coba val!? Nulis? Galau? Nangis? Merengek? Kabur? Ngambek? Nething? Kamu tuh anak perempuan yang paling dewasa dirumah, tapi kamu yang paling kekanak-kanakan. Menghabiskan waktu untuk menuliskan kata-kata yang tidak jelas. Kata-kata yang tidak menghasilkan apapun.

Ibu, kakek. Balik lagi. Siapa yang bisa nahan perempuan lumpuh hati begini kalau bukan kalian? Aku kangen kalian. Aku mau bercanda lagi sama kalian. Aku gabisa apa-apa. Aku bukan mendahulukan, aku ga mungkin keterima dengan nilai kecil seperti itu. 4000 orang. Mereka belajar. Mereka dekat dengan Allah. Aku? Aku gabisa apa-apa.

Aku siap dimarahin papa sama mama besok, tapi aku gak siap kalo melihat mereka nangis karena kecewa lagi. Itu aja sih.

Senin, 27 April 2015

Berdamailah dengan Masa Lalu

Senin, 27 April 2015

Semalam aku sempat memikirkan beberapa hal tentang kehidupanku. Aku hanya berusaha untuk tidak terus menyalahkan diri sendiri dimasa lalu. Meluapkan penyesalan demi penyesalan atas salah langkah yang kulalui. Ya, sepertinya aku kembali dalam masalah jika aku terus begini. Jika hanya satu dua kali aku seperti ini, mungkin tidak masalah. Tapi, jika selalu menyalahkan diri setiap waktu.... aku rasa pasti ada yang salah dengan diriku. Entah apa itu. Pasti, pasti ada yang salah.

Aku kembali diam pagi ini. Karena apa penyesalan-penyesalan semalam masih terasa dibenakku. Aku kembali berfikir. Kemudian aku menarik kesimpulan. Sebenarnya aku hanya perlu berdamai dengan masa laluku. Ya, aku tahu masa laluku tak menginginkan jalan yang sekarang ini. Namun jika memang masa laluku tak mendapatkan apa yang sudah direncanakan untuk masa sekarang, apa salahnya jika aku mendamaikan diriku yang sekarang dengan masa laluku? Bukankah itu akan lebih baik daripada aku menyalahkan diri sendiri karena salah satu atau dua langkah di masa lalu?

Sebenarnya berdamai dengan masa lalu itu tidak semudah yang di pikirkan, tapi aku yakin tak sesulit yang ditakutkan. Diriku hanya butuh sedikit waktu untuk mencoba. Ya, namanya mendamaikan. Pasti butuh waktu kan? Hidupku semakin tidak tenang akhir-akhir ini, makanya aku lebih banyak menyalahkan diri daripada melakukan apa yang seharusnya ku lakukan untuk kedepannya. Salahnya aku saat itu, aku tidak membuat rencana B. Ya, cadangan rencana.

Membuat satu rencana itu tidak baik. Terlalu banyak membuat cadangan rencana pun sama. Jadi, ya buat rancangan dan cadangan seadanya saja. Dua sampai tiga mungkin ya. Andai saja aku sudah memikirkan ini sejak lama. Mungkin tidak akan begini jadinya. Iya kan? Iya gaksi? Huuuuu._. 

Ya, intinya. Salah satu cara agar hidup lebih tenang adalah, Berdamailah dengan Masa Lalu! Yaaaaa, ganbatte!

Sabtu, 18 April 2015

Sakit yang Telalu Lama untuk Pulih



Sakit yang Telalu Lama untuk Pulih (18 April 2015)

Beberapa hari yang lalu. Aku bertemu dengan seseorang yang tak ingin aku temui. Ya, faktor ketidaksengajaan kita dapat bertemu. Saat itu, kami sama-sama berada dikendaraan. Ketika itu aku sedang bercanda dengan kakak. Aku ingat sekali kita sedang membicarakan perempuan yang berada didepan kami dan kakak mendadak begitu memperhatikannya. Sambil sedikit mencubitnya aku menuduhnya memperhatikan perempuan yang berada didepan kami itu. Namun, tak lama kami berbelok dan kakak tak bisa memperhatikan perempuan itu lagi.

Selang dua sampai tiga menit. Kami masih membahas perempuan itu. Dan kakak masih tak mau mengaku. Kala itu, motor lewat disamping kami. Pengendara perempuan dengan membonceng perempuan lainnya. Berhubung naik motor, rok perempuan tersebut terangkat hingga sedengkul. Untung saja dia mengenakan celana legging yang agak longgar karena kakinya yang begitu kecil. Aku pun berniat meledek kakak yang masih tidak mau mengakui memperhatikan perempuan lain. Tiba-tiba pikiranku berubah.

Ketika aku melihat jaket perempuan yang dibonceng itu aku mengingat seseorang. Jujur saja, dadaku sesak saat itu. akhir-akhir ini jika mengingat apapun yang menyakitkan sedikit saja pasti dadaku lebih sakit bahkan jauh lebih sesak dari biasanya. Kemudian aku terdiam sejenak dan menggelengkan kepala. Dan aku yakin betul bahwa perempuan itu seseorang yang aku kenal. Aku semakin yakin setelah melihat tas yang ia kenakan. Iya, itu benar-benar perempuan itu.

Aku pun bilang pada kakak. “Itu ada........*nama disamarkan*.....”. Aku pun meminta kakak untuk memanggilnya. Setelah berkali-kali memanggilnya, perempuan itu tidak menolehkan kepalanya sama sekali. Kami sempat berpikir bahwa kami salah orang. Setelah berada benar-benar disampingnya, ternyata benar saja bahwa itu perempuan yang ku maksud. Kakak dan dia pun mengobrol seadanya. Lalu, dia memanggil-manggil namaku berkali-kali. Aku enggan menoleh. Lagi pula untuk apa menoleh hanya untuk menyakiti diri sendiri? Dia terus memanggil sampai berteriak. Lalu kakak menyuruhku untuk menoleh, tapi tetap saja aku berpura-pura tidak mendengar. Kemudian kami berpisah. Dan saat itu juga aku sempat diam.

Kakak meledekku, ia bilang aku rindu perempuan itu. Tapi dengan tegas ku katakan, aku tidak merindukannya. Dan kakak terus mendesakku. Aku hanya bisa mengelak. Jujur, sebenarnya ada perasaan rindu. Tapi aku yakin tidak banyak.

Ketika aku memutuskan untuk tidak bertemu dengan seseorang yang sudah menyakitiku, aku akan terus begitu. Kalau pun kami bertemu sekedar menatap mata, aku sebisa mungkin akan menghindari untuk membuat obrolan. Sekalipun kami terpaksa mengobrol, aku akan menjawab sesingkat mungkin dan menjawab tanpa menimbulkan percakapan selanjutnya. Ketika aku membenci seseorang, aku tidak akan membiarkannya masuk ke kehidupanku untuk waktu singkat. Semua social media sebisa mungkin ku tutup untuk dia. Jikalau dia kerumah pun, aku akan menolaknya meskipun rumahnya jauh sekalipun. Jika dia menyakitiku bulan ini, mungkin aku bisa menerimanya setelah lima sampai builan ke depan. Ya, seberapa besar ia menyakitiku dan membuatku bahagia. Ya, dia menyakitiku puncaknya 18-11-14, dan sekarang tepat lima bulan. Namun aku masih menolak keras untuk bertemu dengannya, itu karena dia sangat-sangat menyakitiku dan membuatku kecewa.

Aku pendendam? Bukan. Aku hanya menghindari orang yang pernah menyakitiku berkali-kali untuk menyakitiku lagi. Jika aku telah memutuskan untuk pergi darinya, tandanya aku memberinya kesempatan untuk tidak menyakitiku lagi, dengan kata lain, aku pun tidak akan disakiti lagi olehnya. Apalagi jika dia tak sadar bahwa telah menyakitiku. Aku sudah memaafkanmu, tapi aku tak bisa menerimamu yang sudah lima bulan ini tak lagi menjadi sahabatku. Kita sebatas teman. Iya, teman.   :) :(

Kamis, 19 Maret 2015

Setelah Sekian Lama



Jangan mempercayai bahwa apa yang kau alami saat ini akan berlangsung selamanya. Ketika sesuatu yang dihadapanmu sedang membuatmu tertawa, bukan berarti ia akan selalu membuatmu tertawa. Sama halnya ketika sesuatu yang ada dihadapanmu sedang menyakitimu, bukan berarti ia akan selalu menyakitimu. Ini hidup, bukan ドラマyang kisahnya selalu membahagiakan. Bukan pula picisan yang selalu menyedihkan dan menyenangkan diakhir kisah. Kalau begitu, kapan menyenangkannya?

Aku gak tahu apa yang sedang aku lakukan saat ini. Aku sedang menyakiti diri sendiri atau apa. Berpura-pura bahagia atau apa. Berlari atau apa. Mengejar atau apa. Menangis atau apa. Tersendu, terluka, terhampar, tergores atau apa! Jadi apa? Setelah sekian lama memutuskan untuk tidak mencurahkan apa yang aku rasakan disini, aku jauh lebih labil dari sebelumnya. Blog, diary cukup membantuku. Aku tahu, kalian tidak memberikan solusi. Bahkan banyak orang mencemoohku karena aku terkesan ‘meminta dikasihani’. Tapi, bukan. Bukan itu maksudku.

Menulis ada hal terbaik bagiku untuk mengungkapkan apa yang sedang aku rasakan. Menulis pula, yang membantuku ketika bibir ini tak sanggup lagi berkata-kata. Menulis pula, yang membuatku belajar banyak tentang bahasa. Menulis apa yang aku rasakan terasa jauh lebih baik daripada menceritakan secara lisan. Aku terlahir menjadi seperti ini. Menjadi labil. Mudah merana. Mudah galau. Mudah tersakiti. Tapi sungguh, aku yakin bahwa apa yang datang padaku tak selamanya buruk. Tentu tak selamanya baik. Aku yakin apa yang aku rasakan selama ini ada yang benar ada yang salah. Aku percaya bahwa apa yang sedang terjadi padaku saat ini bukan perwujudan kesialan atau kegagalan. Aku ya aku. Dia ya dia. Aku lebih baik jadi aku. Dia lebih baik jadi dia.

Pesan terakhirku, percayalah bahwa orang yang lebih berarti adalah orang yang bisa membawamu tertawa dan menangis bersamanya dan atau karenanya. Tandanya, orang tersebut berhasil membuatmu hidup menjadi manusia seutuhnya.

Salam, dari seorang remaja yang sedang meniti karirnya untuk menjadi seorang psikolog. Aamiin.