Sabtu, 18 April 2015

Sakit yang Telalu Lama untuk Pulih



Sakit yang Telalu Lama untuk Pulih (18 April 2015)

Beberapa hari yang lalu. Aku bertemu dengan seseorang yang tak ingin aku temui. Ya, faktor ketidaksengajaan kita dapat bertemu. Saat itu, kami sama-sama berada dikendaraan. Ketika itu aku sedang bercanda dengan kakak. Aku ingat sekali kita sedang membicarakan perempuan yang berada didepan kami dan kakak mendadak begitu memperhatikannya. Sambil sedikit mencubitnya aku menuduhnya memperhatikan perempuan yang berada didepan kami itu. Namun, tak lama kami berbelok dan kakak tak bisa memperhatikan perempuan itu lagi.

Selang dua sampai tiga menit. Kami masih membahas perempuan itu. Dan kakak masih tak mau mengaku. Kala itu, motor lewat disamping kami. Pengendara perempuan dengan membonceng perempuan lainnya. Berhubung naik motor, rok perempuan tersebut terangkat hingga sedengkul. Untung saja dia mengenakan celana legging yang agak longgar karena kakinya yang begitu kecil. Aku pun berniat meledek kakak yang masih tidak mau mengakui memperhatikan perempuan lain. Tiba-tiba pikiranku berubah.

Ketika aku melihat jaket perempuan yang dibonceng itu aku mengingat seseorang. Jujur saja, dadaku sesak saat itu. akhir-akhir ini jika mengingat apapun yang menyakitkan sedikit saja pasti dadaku lebih sakit bahkan jauh lebih sesak dari biasanya. Kemudian aku terdiam sejenak dan menggelengkan kepala. Dan aku yakin betul bahwa perempuan itu seseorang yang aku kenal. Aku semakin yakin setelah melihat tas yang ia kenakan. Iya, itu benar-benar perempuan itu.

Aku pun bilang pada kakak. “Itu ada........*nama disamarkan*.....”. Aku pun meminta kakak untuk memanggilnya. Setelah berkali-kali memanggilnya, perempuan itu tidak menolehkan kepalanya sama sekali. Kami sempat berpikir bahwa kami salah orang. Setelah berada benar-benar disampingnya, ternyata benar saja bahwa itu perempuan yang ku maksud. Kakak dan dia pun mengobrol seadanya. Lalu, dia memanggil-manggil namaku berkali-kali. Aku enggan menoleh. Lagi pula untuk apa menoleh hanya untuk menyakiti diri sendiri? Dia terus memanggil sampai berteriak. Lalu kakak menyuruhku untuk menoleh, tapi tetap saja aku berpura-pura tidak mendengar. Kemudian kami berpisah. Dan saat itu juga aku sempat diam.

Kakak meledekku, ia bilang aku rindu perempuan itu. Tapi dengan tegas ku katakan, aku tidak merindukannya. Dan kakak terus mendesakku. Aku hanya bisa mengelak. Jujur, sebenarnya ada perasaan rindu. Tapi aku yakin tidak banyak.

Ketika aku memutuskan untuk tidak bertemu dengan seseorang yang sudah menyakitiku, aku akan terus begitu. Kalau pun kami bertemu sekedar menatap mata, aku sebisa mungkin akan menghindari untuk membuat obrolan. Sekalipun kami terpaksa mengobrol, aku akan menjawab sesingkat mungkin dan menjawab tanpa menimbulkan percakapan selanjutnya. Ketika aku membenci seseorang, aku tidak akan membiarkannya masuk ke kehidupanku untuk waktu singkat. Semua social media sebisa mungkin ku tutup untuk dia. Jikalau dia kerumah pun, aku akan menolaknya meskipun rumahnya jauh sekalipun. Jika dia menyakitiku bulan ini, mungkin aku bisa menerimanya setelah lima sampai builan ke depan. Ya, seberapa besar ia menyakitiku dan membuatku bahagia. Ya, dia menyakitiku puncaknya 18-11-14, dan sekarang tepat lima bulan. Namun aku masih menolak keras untuk bertemu dengannya, itu karena dia sangat-sangat menyakitiku dan membuatku kecewa.

Aku pendendam? Bukan. Aku hanya menghindari orang yang pernah menyakitiku berkali-kali untuk menyakitiku lagi. Jika aku telah memutuskan untuk pergi darinya, tandanya aku memberinya kesempatan untuk tidak menyakitiku lagi, dengan kata lain, aku pun tidak akan disakiti lagi olehnya. Apalagi jika dia tak sadar bahwa telah menyakitiku. Aku sudah memaafkanmu, tapi aku tak bisa menerimamu yang sudah lima bulan ini tak lagi menjadi sahabatku. Kita sebatas teman. Iya, teman.   :) :(

Tidak ada komentar:

Posting Komentar