Senin, 16 Desember 2013
Umurku hari ini enam 16 tahun 6 bulan dan dua hari. Tak lagi dapat disebut anak kecil, namun terlalu muda untuk disebut dewasa. Ya, inilah aku.
Entah apa yang salah dengan hari ini. Mungkin bukan harinya yang salah, namun aku yang salah.
Kejanggalan dimulai pagi hari. Pagi tanpa dosa itu menjadi saksi tangisku. Mengapa harus menangis? Mungkin hanya aku remaja bodoh yang menangis pagi ini. Ya, seseorang yang sempat mengisi waktuku akhir-akhir ini memutuskan untuk berhenti. Memutuskan untuk menghentikan perasaannya sampai lulus nanti. Apa iya aku bisa hidup sampai kelulusan nanti? Ku rasa, dia benar-benar muak dengan keadaan kami yang berada di ujung tombak. Ya, itu pilihan tepat untuk jiwanya. Dari pada harus terus memegangku dan mati terkena tombak?
Dalam pesan, aku masih tersenyum. Mungkin hanya lelaki bodoh yang percaya aku baik-baik saja. Aku sakit membacanya, dia meninggikanku dan terus meyakiniku selama ini. Lalu tiba-tiba dia memaksaku untuk turun dan menghancurkan keyakinanku yang tepat malam ini telah berubah menjadi serpihan abu.
Beberapa jam berlalu, aku berpura-pura pada jiwaku sendiri. Dalam diamku yang tiba-tiba menyerangku, aku selalu mengatakan.
“Allah mencintaimu, val”.
Aku kembali tersenyum dengan senyuman bodoh itu. Sambil mematut diri dan melihat bola mata penuh kebohongan. Aku tersenyum, namun bola mata tak sama sekali tersenyum. Sekalipun aku berusaha menutupi itu semua. Ya, apa daya. Aku sudah tahu bahwa semua pasti berakhir seperti ini.
Matahari pun pergi, datanglah bulan menemani langit malam nan gelap itu. Jari-jariku masih asyik menyentuh diari elektronikku.
“Triing..”.
Tiba-tiba saja suara ponsel membuyarkan semua imajinasiku. Ku ambil ponsel itu dengan wajah datar. Wajahku mulai serius melihat ke layar ponsel.
“DUG!”. Mungkin jantungku berhenti bekerja kala itu. Tangan kananku gemetar. Sepertinya wajahku langsung pucat. Dadaku mulai sesak. Awalnya ku kira penyakit menyebalkan itu kembali lagi karena siang tadi aku minum minuman yang sebenarnya dapat membunuhku. Namun ternyata tidak, aku benar-benar sesak.
Aku berusaha menangis kali ini, namun tak ada satu air mata pun yang tergelincir. Sepertinya ini sudah terlalu sakit. Sambil terus membaca pesan dari seseorang di masa lalu.
“Eh kayanya aku gabisa deh tgl 24 aku udh jnji mau liburan ke anyer ama pacarku val*iniserius”
Meskipun dia masa lalu, tetap saja masih perasaan tersisa yang hampir setiap waktu menyiksaku. Bahkan kalau aku tidak punya Allah SWT yang selalu menjagaku, dapat membuatku mati terbunuh karena perasaan yang begitu menyakitkan dan begitu menyiksa sekali.
Aku terdiam menatap jendela. Sambil terus menyalahkan diriku sendiri.
“Perempuan bodoh! Tak punya otak! Bodoh! Apa sih yang kamu fikirkan? Kenapa kamu menyia-nyiakan apa yang kamu punya dulu? Sekarang ini akibatnya!! Dasar bodoh! Tidak punya otak!”. Tanganku tak berhenti menampar pipiku sendiri. “Sadar val! Kebodohan kamu udah menjatuhkan kamu sampai dua kali!? Apa iya ada jatuh di lubang yang sama sampai dua kali!?”.
Kini aku sadar, ku rasa keduanya telah menjadi masa lalu. Selamat tinggal dan selamat jalan masa lalu kelabu. Janjiku malam ini, bulan Desember tahun ini adalah terakhir kali aku mengingat kebaikan kalian berdua. Mungkin begitu egois aku menginginkan diantara kalian, aku minta maaf karena sifatku ini. Maka dari itu ku putuskan untuk meninggalkan kalian berdua. Meskipun yang satu masih baru-baru ini, tetap saja...
“Yang kemarin akan tetap menjadi yang kemarin. Karena kemarin, tidak akan pernah menjadi esok sekalipun esok pasti akan jadi kemarin”
By : Noval Firyallian Pristi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar