Senin, 27 April 2015
Semalam aku sempat memikirkan beberapa hal tentang kehidupanku. Aku hanya berusaha untuk tidak terus menyalahkan diri sendiri dimasa lalu. Meluapkan penyesalan demi penyesalan atas salah langkah yang kulalui. Ya, sepertinya aku kembali dalam masalah jika aku terus begini. Jika hanya satu dua kali aku seperti ini, mungkin tidak masalah. Tapi, jika selalu menyalahkan diri setiap waktu.... aku rasa pasti ada yang salah dengan diriku. Entah apa itu. Pasti, pasti ada yang salah.
Aku kembali diam pagi ini. Karena apa penyesalan-penyesalan semalam masih terasa dibenakku. Aku kembali berfikir. Kemudian aku menarik kesimpulan. Sebenarnya aku hanya perlu berdamai dengan masa laluku. Ya, aku tahu masa laluku tak menginginkan jalan yang sekarang ini. Namun jika memang masa laluku tak mendapatkan apa yang sudah direncanakan untuk masa sekarang, apa salahnya jika aku mendamaikan diriku yang sekarang dengan masa laluku? Bukankah itu akan lebih baik daripada aku menyalahkan diri sendiri karena salah satu atau dua langkah di masa lalu?
Sebenarnya berdamai dengan masa lalu itu tidak semudah yang di pikirkan, tapi aku yakin tak sesulit yang ditakutkan. Diriku hanya butuh sedikit waktu untuk mencoba. Ya, namanya mendamaikan. Pasti butuh waktu kan? Hidupku semakin tidak tenang akhir-akhir ini, makanya aku lebih banyak menyalahkan diri daripada melakukan apa yang seharusnya ku lakukan untuk kedepannya. Salahnya aku saat itu, aku tidak membuat rencana B. Ya, cadangan rencana.
Membuat satu rencana itu tidak baik. Terlalu banyak membuat cadangan rencana pun sama. Jadi, ya buat rancangan dan cadangan seadanya saja. Dua sampai tiga mungkin ya. Andai saja aku sudah memikirkan ini sejak lama. Mungkin tidak akan begini jadinya. Iya kan? Iya gaksi? Huuuuu._.
Ya, intinya. Salah satu cara agar hidup lebih tenang adalah, Berdamailah dengan Masa Lalu! Yaaaaa, ganbatte!
Senin, 27 April 2015
Sabtu, 18 April 2015
Sakit yang Telalu Lama untuk Pulih
Sakit yang Telalu Lama untuk Pulih (18 April 2015)
Beberapa hari yang lalu. Aku bertemu dengan seseorang yang tak ingin aku temui. Ya, faktor ketidaksengajaan kita dapat bertemu. Saat itu, kami sama-sama berada dikendaraan. Ketika itu aku sedang bercanda dengan kakak. Aku ingat sekali kita sedang membicarakan perempuan yang berada didepan kami dan kakak mendadak begitu memperhatikannya. Sambil sedikit mencubitnya aku menuduhnya memperhatikan perempuan yang berada didepan kami itu. Namun, tak lama kami berbelok dan kakak tak bisa memperhatikan perempuan itu lagi.
Selang dua sampai tiga menit. Kami masih membahas perempuan itu. Dan kakak masih tak mau mengaku. Kala itu, motor lewat disamping kami. Pengendara perempuan dengan membonceng perempuan lainnya. Berhubung naik motor, rok perempuan tersebut terangkat hingga sedengkul. Untung saja dia mengenakan celana legging yang agak longgar karena kakinya yang begitu kecil. Aku pun berniat meledek kakak yang masih tidak mau mengakui memperhatikan perempuan lain. Tiba-tiba pikiranku berubah.
Ketika aku melihat jaket perempuan yang dibonceng itu aku mengingat seseorang. Jujur saja, dadaku sesak saat itu. akhir-akhir ini jika mengingat apapun yang menyakitkan sedikit saja pasti dadaku lebih sakit bahkan jauh lebih sesak dari biasanya. Kemudian aku terdiam sejenak dan menggelengkan kepala. Dan aku yakin betul bahwa perempuan itu seseorang yang aku kenal. Aku semakin yakin setelah melihat tas yang ia kenakan. Iya, itu benar-benar perempuan itu.
Aku pun bilang pada kakak. “Itu ada........*nama disamarkan*.....”. Aku pun meminta kakak untuk memanggilnya. Setelah berkali-kali memanggilnya, perempuan itu tidak menolehkan kepalanya sama sekali. Kami sempat berpikir bahwa kami salah orang. Setelah berada benar-benar disampingnya, ternyata benar saja bahwa itu perempuan yang ku maksud. Kakak dan dia pun mengobrol seadanya. Lalu, dia memanggil-manggil namaku berkali-kali. Aku enggan menoleh. Lagi pula untuk apa menoleh hanya untuk menyakiti diri sendiri? Dia terus memanggil sampai berteriak. Lalu kakak menyuruhku untuk menoleh, tapi tetap saja aku berpura-pura tidak mendengar. Kemudian kami berpisah. Dan saat itu juga aku sempat diam.
Kakak meledekku, ia bilang aku rindu perempuan itu. Tapi dengan tegas ku katakan, aku tidak merindukannya. Dan kakak terus mendesakku. Aku hanya bisa mengelak. Jujur, sebenarnya ada perasaan rindu. Tapi aku yakin tidak banyak.
Ketika aku memutuskan untuk tidak bertemu dengan seseorang yang sudah menyakitiku, aku akan terus begitu. Kalau pun kami bertemu sekedar menatap mata, aku sebisa mungkin akan menghindari untuk membuat obrolan. Sekalipun kami terpaksa mengobrol, aku akan menjawab sesingkat mungkin dan menjawab tanpa menimbulkan percakapan selanjutnya. Ketika aku membenci seseorang, aku tidak akan membiarkannya masuk ke kehidupanku untuk waktu singkat. Semua social media sebisa mungkin ku tutup untuk dia. Jikalau dia kerumah pun, aku akan menolaknya meskipun rumahnya jauh sekalipun. Jika dia menyakitiku bulan ini, mungkin aku bisa menerimanya setelah lima sampai builan ke depan. Ya, seberapa besar ia menyakitiku dan membuatku bahagia. Ya, dia menyakitiku puncaknya 18-11-14, dan sekarang tepat lima bulan. Namun aku masih menolak keras untuk bertemu dengannya, itu karena dia sangat-sangat menyakitiku dan membuatku kecewa.
Aku pendendam? Bukan. Aku hanya menghindari orang yang pernah menyakitiku berkali-kali untuk menyakitiku lagi. Jika aku telah memutuskan untuk pergi darinya, tandanya aku memberinya kesempatan untuk tidak menyakitiku lagi, dengan kata lain, aku pun tidak akan disakiti lagi olehnya. Apalagi jika dia tak sadar bahwa telah menyakitiku. Aku sudah memaafkanmu, tapi aku tak bisa menerimamu yang sudah lima bulan ini tak lagi menjadi sahabatku. Kita sebatas teman. Iya, teman. :) :(
Langganan:
Postingan (Atom)