Selasa, 18 Februari 2025

Dalam Gurat Pena Daring

 

Dalam Gurat Pena Daring (27 Tahun 8 Bulan 4 Hari)

 

Dalam gurat pena daring, aku menanti sesuatu yang entah akan berakhir seperti apa. Aku menanti sesuatu yang awang-awang. Melayang dalam ketidakjelasan. Aku berjalan penuh kekhawatiran, sebab jalan-jalan hidupku berliku dan berbayang. Aku tak tahu apa yang akan menjadi jalanku di depan, awan-awan itu terlalu pekat, terlalu gelap. Menelusuri jalan dengan sisa-sisa cahaya, cahaya yang redup dan sesekali mati, membuatku terpaksa berhenti. Bukan, bukan berhenti dalam arti selesai.. hanya terpaksa beristirahat dengan kekacauan. Istirahat yang justru menimbulkan ketegangan. Bagaimana tidak? Aku dipaksa berhenti ditengah hutan suram, gelap, dan hanya bisa berdiam diri disana, aku hanya diberi “udara” tanpa makan dan minum. Bukankah lebih baik aku berakhir?

 

Hutan suram ini mulai bersuara, aku tidak dapat lagi memilih suara mana yang ingin aku dengar dan tidak. Semua suara masuk serentak menyebabkan kebisingan. Bahkan aku sudah memilih untuk membuka kaca sedikit, mematikan mesin mobil, bensin mulai berkurang. Mobil berhenti terlalu lama , namun aku biarkan dalam keadaan tetap menyala (alih-alih pemberhentian ini hanya akan sebentar), perkiraanku salah.

 

Suara daun bergesekan pun dapat aku dengarkan, mungkin sebentar lagi aku dapat mendengarkan suara semut-semut rangrang yang berbicara, bertambah kemampuan pendengaranku. Namun ada yang aku khawatirkan, bagaimana dengan kemampuan bicaraku? Apakah akan baik-baik saja setelah lama tak aku gunakan? Tak ada yang bisa aku ajak bicara, berbagi. Aku hanya kepusingan didalam hutan tak berpenghuni... ya maksudku.. tak dihuni manusia, hanya hewan-hewan liar dan buas yang aku tak juga mengerti bahasa mereka, pura-pura mengerti?

 

Kekhawatiran kedua, apakah sense ku sebagai manusia akan ikut hilang seraya menghilangnya kemampuan bicaraku? Apakah aku masih bisa ‘merasakan’ adanya percobaan orang lain yang ingin membantuku? Apakah aku masih bisa ‘memberikan’ pertolongan kepada orang lain? Apakah aku masih memiliki kemampuan, dimampukan, untuk membantu sedang aku disini masih kebingungan untuk membantu diriku sendiri?

 

Kekhawatiran ketiga, apakah ada yang menyadari ketidakberadaanku? Apa benar aku boleh berharap ada yang kehilangan aku dan mencariku? Apa boleh aku berharap ada yang mengusahakan keselamatanku diluar hutan ini? Hutan ini terlalu gelap, semua yang aku lakukan seakan sia-sia. Aku hanya menunggu dengan penuh harap, uluran tangan yang dapat membawaku pergi dari sini. Bahkan meskipun kemungkinannya terlalu kecil, aku teramat sangat berharap.

 

... sebelum akhirnya ...

... sampai pada akhirnya ...