Selasa, 11 Februari 2020

Mimpi Part 2 (Mr. Rhi)


Selasa, 11 Februari 2020 (22 Tahun 3 Minggu 4 hari) 02.00 AM

Mimpi part 2. Kenapa part 2? Karena sebelum mimpi ini ada mimpi lain. Cuma mimpi ini lebih genting untuk diceritakan karena aku bener-bener sesak karena mimpi ini hehe.
Selamat malam, malam? OK, malam menjelang pagi. Jangan tanya kenapa aku masih bangun jam segini. Aku pun gatau. Bahkan sampai aku ditahap menulis ini saja mataku masih segar, masih melek dengan tatapan seperti biasanya. Tatapan kejam dan penuh kebencian. Hehe...

Ok, back to the topic. Sebenernya aku gamau ceritain ini ke dalam blog karena khawatir jadi rekam jejak yang bikin aku malu setengah mati, tapi ya gapapa.. ku rasa ini lebih baik daripada aku harus mati sesak karena akhir-akhir ini gabisa bener-bener tidur nyenyak. Tidur sadar(?) apa alasannya. Ya, tidak lain dan tidak bukan... soal mimpi beberapa hari yang lalu. Mimpi tentang seseorang yang kita sebut saja sebagai... Rhi. Kenapa Rhi dan kenapa harus diberi kode? Aku punya ingatan yang cukup baik tapi buruk terhadap tulisan sendiri. Aku sering lupa aku nulis apa aja karena semua yang kutulis itu mengalir seperti air, jadi lebih banyak tidak tersaring sehingga sering menyakiti orang lain. Nah, Rhi adalah sebuah kode nama, singkatnya dari bahasa jepang/mandarin(?) Api, yaitu Hi. Penamabahan huruf R karena sebab yang tidak bisa kusebutkan. Ok, sampai sini kamu bakal hapal kan tulisan ini buat siapa, Val?

Beberapa hari yang lalu, mungkin tepatnya tidurku di hari Jumat, 7 Februari 2020. Aku inget banget, hari itu aku sama Anis itu tidur setelah subuh. Biasaaa... cewe kalo ketemu ya ngobrol panjang lebar sampai ga sadar melewatkan malam, tapi aku inget apa aja yang kita bahas selama pillow talk itu. Kita deep coversation tentang banyak hal, salah satunya tentang masa lalu kita berdua gitu, alasan kita sampai ribut. Eh salah, alasan kenapa aku itu sangat egois dan marah-marah terus ke dia, alasan kenapa aku gabisa lebih berpikir positif ke dia dan selalu aja salah paham sama sikapnya. Eh engga.. aku gabisa memberi alasan karena emang aku sadar betapa bobroknya sikapku.

Berakhir dengan bahas percintaan masing-masing. Percintaan? Wkwkw ya semacam itu. Kayak, cowo itu harus diperlakukan seperti apa, atau sikap cowo yang kita bahas ini apa sebel sama kita atau malah suka. Hal-hal kesotoyan dua insan gitu deh. Eh, engga.. yang sotoy aku, Anis cuma banyak denger aja dia. Terus singkat cerita, aku tidurlah tuh lebih dulu dari dia dengan posisi tidak membahas mas Rhi ini. Bahas sih, cuma sebatas gitu aja. Kayak lewat, seingetan baru bahas, tapi dia bukan topik utamalah.

Singkat cerita, aku tidur langsung pulas mungkin. Aku inget dikit doang sih, Anis manggil namaku... terus aku semacam terhipnotis bantal gitu hahaha. Tidurlah aku, disinilah mimpi sialan itu dimulai. Kenapa sialan? Karena hanya membuatku semakin berharap aja tau gak! Ok...kita mulai.
Yang aku tulis pake font italic itu didalam mimpi, yang normal berarti pikiran sadarku saat menulis isi mimpiku.
Berawal dari aku datang disebuah acara keluarga gitu, disana aku gak canggung sama sekali. Hanya kecanggungan ‘orang baru’ tapi udah saling kenal. Wajahnya? Jangan tanya wajahnya ya, kayak putih semua, cuma jelas mereka ngomong sama aku. Mereka berkomunikasi sama aku selayaknya aku ‘bagian’ dari mereka. Hari itu aku gatau acara apa, seingetku sih kita pakai baju sopan, kayak ada acara serius, entah acara apa. Aku pakai baju semacam satu set pakaian muslim warna putih. Bajunya panjang sampai dengkul, terus model rok tumpuk gitu. Kenapa bisa sedetail itu bajunya? Aku juga gatau, soalnya beberapa kali aku benerin posisi baju itu. Beberapa kali aku tepuk-tepuk juga. Ada perempuan yang nyamperin aku, ngobrol asik gitu sama aku sambil gendong anak. Aku ‘menyadari’ kalau itu kakaknya si Rhi. Ya sejujurnya aku aja gatau Rhi punya kakak apa engga. Dia ga pernah cerita sama aku soal keluarganya, jadi bingung juga. Lalu datanglah satu wanita yang ‘aku yakini’ sebagai ibunya. Pokoknya ‘diriku’ disana yang menyimpulkan sendiri itu siapa-siapa aja karena sejujurnya aku aja ga pernah tau keluarganya sama sekali.
Ibunya Rhi, “Mbak, ibu minta tolong samper mas Rhi sana. Masa belum siap juga udah jam segini?” Aku senyum terus ngangguk, “Iya, bu. Aku panggil dulu ya.” lah jujur, aku pas sadar bingung. Ini kan acara keluarga Rhi, kenapa Rhi ga ada ditempat? Soalnya dari kalimat ibunya, dia minta aku ‘samper’ yang artinya aku mendatangi tempat selain tempat acara kita semua berkumpulkan?
Selanjutnya aku jalan sendirian, terus aku berhenti disebuah perempatan jalan. Alasan aku berhenti karena aku liat Rhi dari kejauhan. Dia pakai baju kemeja yang lebih mirip sama baju koko gitu. Warnanya putih dan aku ngeliat itu kayak couple-lah sama punya aku. Celana warna chino, sepatu kets putih. Jangan ditanya kenapa dia pakai baju kayak gitu, jawabannya aku gatau. Namanya mimpi aku gabisa ngatur sama sekali.
Dia jalan kearahku karena posisinya rumah yang dipakai buat acara itu ada dibelakangku, yang bikin aku setengah nangis disini adalah.. dia ngelewatin aku gitu aja. Padahal aku dateng buat jemput dia. Terus, aku malah kayak orang bego.. lanjut jalan berlawanan arah sama dia saking nahan sebel. Disana, aku kayak sebel, marah, kecewa, dan tersadar dalam ‘hatiku’ dan ngomong sama diri sendiri, “Aku harus ngomong, pokoknya harus.” Gatau kenapa di mimpi bisa punya suara dalam hati dan sebagainya. I dont know!
Aku balik badan. “Rhi.. kamu kenapa ngelewatin aku gitu aja?”
Dia yang masih melangkah berhenti. Masih ngebelakangin aku. “Emang kenapa?”
“Emang kenapa katamu?” suaraku udah geter. Udah tinggal nangis aja.
Dia balik badan, mukanya kayak ditekuk gitu. Entah karena apa. “Terus?” Aku udah gabisa nahan nangis. Akhirnya aku nangis sesenggukan. Inget ya, ini diperempatan jalan komplek gitu. Jad posisinya ada space jalan tengah buat orang lewat. Kebetulan disitu ga ada sama sekali yang lewat. Aku juga gatau kenapa kita milih  buat ngobrol berjauhan kayak gitu.
Ditengah tangisku. “Kamu kenapa block wa aku?” nah! Disini kayak gak sinkron ya? Kenapa? Karena kok bisa-bisanya gitu aku nanya block whatsapp, sedangkan aku ada di acara keluarga yang si aku dalam mimpi yakini kalo itu acara keluarga dia? Aneh bin ajaib.
Dia diem aja awalnya, aku masih terus nangis. Akhirnya dia ngomong, “lah kamu block aku duluan kan?” aku geleng cepet banget. Terus sambil ngapus air mata aku bilang, “Kapan? Kamu salah paham. Aku ga block kamu, aku cuma hapus nomor kamu aja. Aku ga block sama sekali...” Lagi-lagi dia diem aja.
“...ini mah ditanya dulu kek, main block aja.” Tatapan marah dia berubah, aku juga ga paham itu tatapan apa, yang jelas tatapan itu bikin aku mendekat ke dia. Mendekat? Iya mendekat. Seperti halnya didunia nyata, AKU YANG NYAMPERIN DIA. KAN AKU YANG SUKA. Hehe, ngegas.
Tanpa berpikir aku nangis lagi, dengan babak baru tentunya. Aku meluk dia. Erat banget. “Kamu kenapa ngeblock aku?” terus aja nanya kayak gitu. Awalnya dia tetap tegap berdiri ga balas meluk, akhirnya meluk aku balik. Pokoknya ada perasaan campur aduk disitu. Aku bahkan gabisa ngontrol betapa degdegkannya aku, ditambah denger suara detak jantung dia yang sama cepetnya. Entah, imtinya perasaanku campur aduk. “Aku minta maaf.” Kalimat itu memecah keheningan. Eh ga hening deng, aku nangis ko. Kebawa bahasa novelnya wkwkk.
“Aku bener-bener minta maaf. “ Dia ngelepasin aku, terus dia hapus air mataku. “Jangan nangis lagi, maafin aku ya.” Jangan ditanya kenapa ada adegan ini, aku juga pas sadar kayak.. bengang bengong kebingungan. Gajelas.
“Jangan begitu lagi.” Ucapku. Terus dia ngangguk dan meluk aku lagi. Eh salah, akhirnya kita pelukan kayak teletubies. Bayangin ya? Ditengah jalanan komplek rumah gitu. Bingung? Sama.
“Ayo jalan lagi.” Dia ajak gitu ke aku. Terus aku ngangguk. Padahal kalo sadar aku gamau ngelepas kali ya hahhahahaha wajar, aku kan sayang dia, aku yang suka dia, aku yang mencintai lebih-lebih ke dia.
Akhirnya kita jalan ke rumah yang ada keluarganya dia  acara tadi. Dia gandeng tangan aku, bener-bener digenggam sama dia. “Hangat.” Pikirku pas dia genggam tanganku. Tangannya besar, jari-jarinya kayak keker gitu. Btw, aku gatau tangan dia bisa benar-benar mengayomi tanganku apa engga. Seingetku badannya aja kecil, tapi kenapa dibayanganku tangan dia kayak bener-bener memenuhi tangan aku.
“Lama banget sih darimana aja?” tanya salah seorang disana yang mengakhiri mimpiku. Aku terbagun. Tamat.
Enggak, aku yakin belum tamat. Kenapa? Soalnya.. mimpi pasti berlanjut sampai kita bangun, hanya saja.. lima sampai lima belas menit sebelum kita bangun, mimpi tuh terskip, otak ga mengingat bagian itu. Yaudah, dengan sangat menyesal, mimpi itu berakhir sampai disana.
Banyak yang ga terjawab, aku ini siapanya dia.. ko bisa lancang meluk dia. Terus, aku ini siapa dikeluarganya, kok bisa aku ada diacara itu bahkan sebelum ada dianya. Terus kalo semisal kita udah sedeket itu, kenapa dia block aku dan aku tetap ada di acara keluarganya, kalo dia ngeblock yang ngehubungin aku untuk datang ke acara itu siapa. Terus kenapa baju kita couple. Terus kenapa dia manis banget di mimpiku sedangnya aslinya amat sangat dingin. Eh salah, dia ga dingin... dia cuma ga suka sama kamu, val.

Aku pernah baca, mimpi katanya ga mengeluarkan suara. Ga bisa ngobrol, tapi entah ya kalo di mimpi otakku aktif untuk itu, ngobrol, ketawa, nangis, dan aku denger suara oranglah pokoknya. Yaaa.. apa orang mau percaya sama mimpiku apa engga ya terserah, intinya aku kalo mimpi bisa se detail itu.

Legaa!! Jujur aku sesak napas berhari-hari sampai tidur tuh jadi susah. Semoga setelah nulis di blog gini jadi bisa sesuai lagi tidurnya. Bisa nyenyak dan ga ada yang mengganjal lagi.

Aku kangen sama kamu Rhi. Kamu sehat-sehat ya disana. Semoga semua hal yang kamu ingin tercapai. Hehehe.. mungkin maksud kamu ada di mimpiku karena udah puncaknya ya, puncak kangen, puncak rindu. Meskipun kamu aja ga inget aku pernah hidup.