Over-Protective (19 Tahun, 9 bulan, 3
minggu)
Memiliki pengalaman yang buruk menjadi
alasan mengapa banyak orang memilih untuk menjadi melakukan segala sesuatu
secara berlebihan. Bukan minta dimengerti apalagi diakui, kami-kami yang
melakukan hal seperti ini bersikap ‘menjaga diri kami’ bukan untuk mengganggu
orang lain. Ya, tahut tiba-tiba hal yang tidak diinginkan terulang kembali. Ya,
takut hal yang dihindari bertemu kembali. Ya, takut ketidakawasan kami mendadak
menjadi boomerang bagi diri kami sendiri.
Aku memiliki adik dengan rentang usia yang
sangat jauh, 13 tahun lamanya. Ia dibesarkan dengan cara yang jelas berbeda
karena perbedaan usia ini. Salah satu perbedaan yang mencolok adalah, ketika
aku disakiti dan hanya bisa menceritakan semuanya kepada orang tuaku karena
kakakku yang juga masih terlalu kecil untuk mendengarkan masalahku, dia bisa
lebih bebas bercerita. Dia bisa memilih untuk bercerita dengan siapa. Dengan
orang tuaku kah, dengan kakaknya yang lain.
Sesuatu terjadi di masa TKnya. Seseorang
membuatnya tidak nyaman untuk bersekolah. Kata bully terlalu kejam disandingkan
untuk seorang anak sekecil itu. Mungkin untuk saat ini aku akan menggunakan
kata ganti ‘bermain’. Meskipun pada nyatanya adikku lebih mudah untuk bercerita
tentang kegiatannya sehari-hari kepada siapapun, dia lebih memilih untuk diam
dan tidak menceritakannya. Seakan-akan semua murni salahnya.
Jika dibandingkan denganku, keadaan dia
seharusnya jauh lebih baik. Aku yang lebih ingin bercerita justru tidak bisa
bercerita karena banyak hal. Aku seorang kakak, aku anak tengah yang harus
mengerti posisiku, aku perempuan satu-satunya pada saat itu dan lain hal
sebagainya. Aku yakin, semua orang memiliki kesempatan untuk bercerita kepada
orang tuanya, hanya saja ‘ketertutupan diri’ dan ‘keadaan’ yang membuatnya
seakan tidak ada kesempatan.
Mengapa orang begitu kejamnya melakukan hal
buruk kepada orang lain? Pernahkan mereka berpikir bagaimana jika semua itu
berbalik dan terjadi padanya. Cobalah untuk memikirkan itu sebelum ‘bermain’.
Cobalah untuk memposisikan diri sebagai seseorang yang dimainkan. Cobalah untuk
tidak terlalu banyak mengutamakan kesenangan diri dibandingkan dengan
kesenangan bersama. Cobalah untuk memposisikan diri kalian di tempat TERBURUK!
Aku, memproteksi adikku… bukan karena aku
menganggap kesenangan orang lain tidak penting, tapi aku berharap kita bisa
melakukan kesenangan bersama. Bukan berarti sama-sama membully orang lain,
bukan… tapi bermain bersama tanpa adanya pengkategorian.
Si A anak tukang sampah tidak boleh bermain
dengan si B anak DPR. Apa bedanya mereka? Mereka hanya sama-sama mencari ilmu,
dan apa salahnya menjadi anak tukang sampah maupun anak DPR? Toh, mereka
sama-sama cari uang untuk kebutuhan sehari-harikan? Lalu kenapa harus membully
sih?
Pengalaman masa SEKOLAH yang buruk
membuatku mencoba memproteksi adikku. Aku sangat tidak ingin ia mengalami apa
yang aku alami. Bagaimana rasanya orang-orang datang karena ‘butuh’. Bagaimana
rasanya mereka memiliki beribu topeng dibalik topeng ‘malaikat’nya. Bagaimana
mereka menjadi pendengar yang baik, lalu MEMBOCORKANNYA. Bagaimana mereka
memperlakukan aku seakan aku tidak tahu apa yang mereka lakukan terhadapku.
HEI~ ini bukan tentang over atau apapun. Aku hanya tidak ingin adikku merasakan
apa yang aku rasakan. Cukuplah ia merasakan kebahagiaan. Disayangi oleh
TEMAN-TEMAN, bermain seperti anak yang hanya tahu bermain. Tidak perlu
memikirkan si A yang berpura-pura baik, si B yang dengan terang-terangan
menjadi penjahat penuh aksi, si C yang dengan terpaksa jahat karena teman
perkumpulannya, si D yang dengan kepolosannya menghalalkan bocornya suatu
kisah, si E yang memiliki koneksi untuk menyebarluaskan kejahatannya sehingga
benar-benar membuka akses kebencian! Hei~ mungkin untuk kalian yang tidak
mengalaminya, kalian akan berpikir betapa berlebihannya aku. Dengar, aku hanya
melakukan apa yang seharusnya kulakukan. Membuat banteng setinggi-tingginya,
dengan penjagaan ketat yang bisa ‘membunuh’ mereka yang akan berbuat seperti
pada masa laluku.
Segala sesuatu yang over, bukan keinginan
si pemilik. Namun keadaan yang membuatnya terus menumbuhkan rasa over itu.
Ingat. Keadaan! Bukan keinginan kami!